Rabu, 30 Mei 2012

Malaria

 FAKTOR RISIKO DAN PENGENDALIAN PENYAKIT MALARIA


  1. DEFINISI
Malaria adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh parasit jenis Plasmodium (Kelas Sporozoa) dengan gejala demam berkala, anemi dan limpa membesar.( Srisasi Gandahusada 1998)
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang ( panas dingin menggigil) serte demam berkepanjangan.(Depkes RI 1995)


  1. Penyebab penyakit Malaria.
Penyebab penyakit malaria adalah Parasit  kelas Sporozoa, Pada manusia parasit malaria ada empat species :

1.Plasmodium Vivax.
Manusia merupakan hospes perantara parasit ini,sedangkan hospes definitifnya adalah nyamuk Anopeles betina. Plasmodium vivax menyebabkan penyakit malaria vivax dapat juga disebut juga malaria tertiana, dengan demam selang sehari.

2. Plasmodium Falciparum.
Plasmodium Falciparum menyebabkan penyakit malaria Falciparum atau malaria tropika dengan serangan demam setiap hari, dan tidak jarang menimbulkan komplikasi yang berat (malaria otak / malaria cerebral) dan kematian.

3  .Plasmodium Malariae.
Plasmodium Malariae menyebabkan malaria malariae atau malaria kuartana, dengan demam selang dua hari atau serangan demam berulang setiap hari keempat.

4.Plasmodium Ovale.
Plasmodium Ovale menyebabkan malaria Ovale dengan dema selang sehari, serangannnya hebat penyembuhannya sering spontan dan relapsnya lebih jarang kambuh. Penyakit malaria Ovale lebih ringan dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.

  1. Faktor-faktor Risiko Penyakit Malaria
Kelompok risiko tinggi untuk untuk menderita malaria berat adalah:
1.      Di daerah hiper/holoendemik:
Ø    Anak kecil berumur dibawah 6 bulan
Ø    Angka kematian tinggi pada kelompok umur 1-3 tahun
Ø    Wanita hamil, selama trimester kedua dan ketiga kehamilan.
Peningkatan risiko terhadap penyakit malaria selama kehamilan diperkirakan disebabkan oleh dua faktor, Pertama, parasit-parasit yang menyebabkan malaria cenderung berakumulasi dalam plasenta (ari-ari). Sebagai tambahan, selama kehamilan, sistem kekebalan tubuh sang ibu berada dalam tingkat respon yang kurang dari normal.
2.      Di daerah hipo/mesoendemik: Anak-anak dan orang dewasa
3.       Lain-lain :
Ø  Pendatang, misalnya transmigran
Ø   Pelancong(travelers)

D.Kerangka Teori.
   
1.      Malaria Vivax.
Distribusi geografik.
Species ini terdapat di daerah subtropik, dapat juga ditemukan didaerah dingin (Rusia), didaerah tropik Afrika terutama di Afrika Barat, species ini jarang ditemukan. Di Indonesia Species ini tersebar diseluruh kepulauan dan pada umumnya didaerah endemik mempunyai frekuensi tertinggi diantara species
yang lain.

Morfologi dan Daur hidup.
Dengan gigitan nyamuk Anopheles betina, sporozoid dimasukan melalui kulit ke peredaran darah perifer manusia, setelah setengah jam sporozoid masuk kedalam sel hati dan tumbuh menjadi skizon hati dan sebagian menjadi hipnozoid.Skizon hati berukuran 45 mikron dan membentuk kira-kira 10.000 merozoid. Skizon hati ini masih dalam daur dalam pre-eritrosit atau daur ekso eritrosit primer yang berkembang biaknya secara aseksual dan disebut Skizogoni hati.
        Hipnozoid tetap istirahat dalam sel hati selama kira-kira tiga bulan sampai aktif kembali dan mulai dengan daur eksoeritrosit sekunder. Merozoid dari skizon hati masuk ke peredaran darah menghinggapi eritrosit dan mulai dengan daur eritrosit untuk membiakan aseksual (Skizogoni darah). Merozoid skizon eritrosit tumbuh menjadi tropozoid muda yang berbentuk cincin besarnya kira-kira sepertiga eritrosit, dengan pulasan giemsa sitoplasmanya berwarna biru, inti merah mempunyai vakuala yang besar. Eritrosit yang dihinggapi parasit plasmodium vivax mengalami perubahan menjadi besar, berwarna pucat dan tampak titik halus dan berwarna merah, yang bentuk dan besarnya sama dan disebut titik schuffner. Kemudian tropozoid muda menjadi tropozoid stadium lanjut (Tropozoit tua) yang sangat aktif sehingga sitoplasmanya tampak ameboid. Pigmen dari parasit ini menjadi makin nyata dan berwarna kuning tengguli. Skizon matang dari daur eritrosit mengandung 12 sampai 18 buah merozoit dan mengisi seluruh eritrosit dengan pigmen berkumpul dibagian tengah atau di pinggir. Daur eritrosit pada plasmodium vivax berlangsung 48 jam dan terjadi secara sinkron. Walaupun demikian, dalam darah tepi dapat ditemukan semua stadium parasit dari daur eritrosit, sehingga gambaran dalam sediaan darah tidak uniform, kecuali pada hari-hari permulaan serangan pertama.
        Setelah daur eritrosit berlangsung beberapa kali, sebagian merozoit yang tumbuh menjadi tropozoit dapat membenruk sel kelamin, yaitu makrogametosit dan mikrogametosit (gametogoni) yang bentuknya bulat atau lonjong, mengisi hampir seluruh eritrosit dan masih tampak titik schuffner disekitarnya. Makrogametosit (betina) mempunyai sitoplasma yang berwarna biru dengan inti kecil,padat dan berwarna merah. Mikrigametosit (jantan) biasanya bulat, sitoplasmanya berwarna pucat, biru kelabu dengan inti yang besar, pucat dan difus. Inti biasanya terletak ditengah. Butir-butir pigmen, baik pada makrogametosit maupun mikrogametosit, jelas dan tersebar pada sitoplasma.
        Dalam nyamuk terjadi daur seksual (sporogoni) yang berlangsung selama 16 hari pada suhu 20 derajat celcius dan 8 sampai 9 hari pada suhu 27 derajat celcius. Dibawah 15 derajat celcius perkembangbiakan secara seksual tidak mungkin berlangsung.
        Ookista muda dalam nyamuk mempunyai 30 – 40 butir pigmen berwarna kuning tengguli dalam bentuk granula halus tanpa susunan khas.

Patologi dan gejala klinis
         Masa tunas instrinsik berlangsung 12- 17 hari, tetapi pada beberapa strain plasmodium vivax dapat 6 – 9 bulan atau mungkin lebih lama. Serangan pertama dimulai dengan sindrom prodromal : Sakit kepala, sakit punggung, mual dan malaise umum. Pada relaps sindrom prodromal ini ringan atau tidak ada. Demam tidak teratur pada 2-4 hari pertama, tetapi kemudian menjadi intermiten dengan perbedaan yang nyata pada pagi dan sore hari, suhu meninggi kemudian turun  menjadi normal. Kurva demam pada permulaan penyakit tidak teratur, disebabkan karena adanya beberapa kelompok (Brood) parasit yang masing-masing mempunyai saat sporulasi tersendiri, hingga demam tidak teratur, tetapi kemudian kurva demam menjadi teratur, yaitu dengan periodisitas 48 jam. Serangan demam terjadi pada siang dan sore hari dan mulai jelas dengan stadiu menggigil, panas dan berkeringat yang klasik. Suhu badan dapat mencapai 40,60C (1050F) atau lebih.Mual dan muntah serta herpes pada bibir dapat terjadi. Pusing dan mengantuk atau gejala lain dapat ditimbulkan oleh iritasi serebral tetapi hanya berlangsung sementara. Anemia jelas pada malaria menaun. Alaria vivaks penting bukan karena angka kematiannya tetapi karena kelemahan penderita yang disebabkan oleh relapsnya. Pada serangan pertama lipa mulai membesar, dengan konsistensi lembek dan mulai teraba pada minggu kedua. Pada malaria menahun menjadi sangat besar, keras dan kenyal. Trauma kecil misalnya pada suatu kecelakaan dapat menyebabkab ruptur limpa. Kira-kira  1 minggu setelah serangan pertama, stadium gametosit tampak dalam darah. Suatu serangan tunggal  yang tidak diberi pengobatan, dapat berlangsung beberapa minggu dengan serangan demam yang  berulang-ulang.

Diagnosis
         Ditegakkan dengan menemukan parasit plasmodium vivax pada sediaan darah yang dipulas dengan giemsa.

Prognosis
Biasanya baik, dan tidak menyebabkan kematian. Bila tidak diberi pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung 2 bulan atau lebih. Rata-rata infeksi malaria vivaks tanpa pengobatan berlangsung 3 tahun, pada beberapa kasus dapat berlangsung lebih lama, oleh sifat relapsnya yaitu rekrudesensi dan rekurens.

2.              Plasmodium Falciparum

     Distribusi geografik 
            Ditemukan didaerah tropik, terutama di Afrika dan di Asia Tenggara. Di Indonesia          parasit ini tersebar di seluruh kepulauan.

     Morfologi dan daur hidup
Parasit ini merupakan spesies yang paling berbahaya, karena penyakit yang ditimbulnya dapat menjadi berat.
Perkembangan aseksual dalam hati hanya menyangkut fase pre-eritrosit saja, tidak ada fase ekso-eritrosit yang dapat menimbulkan relaps jangka pangjang (rekurens) seperti terjadi pada malaria vivak dan ovale yang mempunyai hipnozoit dalam sel hati.
Bentuk dini yang dapat dilihat dalam hati adalah skizon yang berukuran 30 mikron pada hari keempat setelah infeksi. Jumlah merozoit pada skizon matang(matur) kira-kira 40.000 buah. Dalam darah bentuk cincin stadiumtrofozoit muda Plasmodium falcifarum sangat kecil dan halus dengan ukurankira-kira 1/6 diameter eritrosit.Pada bentik cincin dapat dilihat 2 butir kromatin, bentuk pinggir (marginal) dan bentuk accole sering ditemukan. Beberapa bentuk cincin dapat ditemukan dalam satu eritrosit (infeksi multipel). Bentuk cincin plasmodium falcifarum kemudian menjadi lebih besar, berukuran ¼ dan kadang ampir ½ diameter eritrosit dan mungkin dapat disangka parasit plasmodium malariae. Sitoplasmanya mungkin dapat mengandung 1 atau 2 pigmen. Stadium perkembangan daur aseksual berikutnya pada umumnya tidak berlangsung dalam darah tepi, kecuali pada kasus berat (pernisiosa). Adanya skizon muda dan skizon matang Plasmodimu falcifarum dalam sediaan darah tepi berarti keadaan infeksi yang berat sehinnga merupakan indikasi untuk tindakkan pengobatan cepat. Bentuk skizon muda Plasmodium falciparum dapat dikenal dengan mudah oleh adanya satu atau dua pigmen yang menggumpal.
Bentuk cincin dan trofozoit tua menghilang dari darah tepi setelah 24 jam dan bertahan di kapiler alat-alat dalam, seperti : otak, jantung, plasenta, usus atau sumsum tulang, di tempat-tempat ini parasit berkembang lebih lanjut. Dalam 24 jam parasit di dalam kapiler berkembangbiak secara skizogoni. Bila skizon sudah matang, akan mengisi 2/3 eritrosit dan membentuk 8-24 buah merozoit, dengan jumlah rata-rata 16 buah merozoit. Skizon matang Plasmodium falcifarum lebih kecil dari pada skizon matang parasit yang lain. Derajat infeksi pada malaria jenis ini lebih tinggi dari spesies lainnya, kadang-kadang melebihi 50.000/mm3 darah. Dalam badan manusia parasit tidak tersebar rata di alat-alat dalam dan jaringan sehingga gejaa klinis pada malaria falcifarum dapat berbeda-beda. Sebagian besar kasus berat dan fatal disebabkan oleh karena eritrosit yang dihinggapi parasit menggumpal dan menyumbat kapiler.
Pada malaria ini eritrosit yang di infeksi tidak membesar selama stadium perkembangan parasit. Eritrosit yang mengandung trofozoit tua dan skizon mengandung titik-titik kasar yang tampak jelas (titik Maurer) tersebar pada 2/3 bagian eritrosit.
Pembentukan gametosit berllangsung di alat-alta dalam, tetapi kadang-kadang stadium muda dapat ditemukan di daerah tepi. Gametosit muda mempunyai bentuk gametosit agak lonjong, kemudian menjadi lebih panjang atau berbentuk elips, akhirnya mencapai bentuk khas seperti sabit atau pisang sebagai gametosit matang. Gametosit untuk pertamakali tamapk di darah tepi setelah beberapa generasi mengalami skizogoni, biasanya 10 hari setelah parasit pertamakali tampak dalam darah. Gametosit betina atau makrogametosit biasanya lebih langsing dan labih panjang dari gametosit jantan atau mikrogametosit  dan sitoplasmanya lebih biru dengan pulasan (Romanowsky/Giemsa). Intinya lebih kecil dan padat, berwarna merah tua dan butir-butir pigmen tersebar disekitar inti. Mikrogametosit berbentuk lebih lebar dan seperti sosis. Sitoplasmanya biru pucat atau agak kemerah-merahan dan intinya berwarna merah muda, besar dan tidak padat, butir-butir pigmen tersebar disekitar sitoplasma dan inti. Jumlah gametosit pada infeksi pada jenis ini berbeda-beda, kadang-kadang smpai 50.000-150.000/mm3 darah, jumlah ini tidak pernah dicapai oleh spesies plasmodium lain pada manusia.
Siklus seksual plasmodium falcifarum dalam nyamuk umumnya sama pada seperti pada plasmodium yang lain. Siklus berlangsung 22 hari pada suhu200C, 15-17 hari pada suhu 230C  dan 10-11 hari pada suhu 250C-280C. Pigmen pada ookista berwarna agak hitam dan butir-butirnya relatif besar, membentuk pola pada kista sebagai lingkaran ganda sekitar tepinya, tetapi dapat tersusun sebagai lingkaran kecil di pusat atau sebagai garis lurus ganda. Pada hari ke-8 pigmen tidak tampak, kecuali beberapa butir pigmen masih dapat dilhat.

Patologi dan gejala klinis
            Masa tunas 14-19 hari, keluhan mulai dengan sakit kepala, sakit punggung, sakit ekstremitas, perasaan dingin, muntah atau diare ringan. Demam tidak ada atau ringan dan penderita tidak tanpak sakit. Diagnosis pada stadium ini tergantung dari anamnesis tentang kepergian penderita ke daerah endemi malaria sebelumnya.
            Keluhan makin hebat, penderita tampak gelisah, pikau mental (mental confusion).Demam tidak teratur dan tidak menunjukkan periodisitas yang jelas. Keringat keluar banyak walaupun demamnya tidak tinggi. Nadi dan napas menjadi cepat, mual muntah dan diare menjadi lebih hebat, kadang-kadang batuk oleh karena kelainan pada paru-paru. Limpa membesar lembek pada perabaan. Hati membesar dan tanpak ikterus ringan, kadang-kadang dalam urin ditemukan albumin dan hialin atau torak granular. Ada anemi ringan dan leokopenia dan monositosis. Bila pada stadium dini penyakit penyakit dapat di dignosis dan di obati dengan biak, maka infeksi dapat segera diatasi.
            Malaria falcifarum berat adalah penyakit malaria dengan plasmodium falcifarum stadium aseksual ditemukan di dalam darahnya, disertai salah satu bentu gejala klinis tersebut dibawah ini(WHO,1990) seperti dikutip Gandahusada dkk, pada  buku parasitologi kedokteran, dengan menyingkirkan penyebab lain (infeksi bekteri atau virus):
·    Malaria otak dengan koma (anarousable coma)
·    Anemia normositik berat
·    Gagal ginjal (renal failur)
·    Edema paru
·    Hipoglikemi
·    Syok
·    Perdarahan spontan/DIC(disseminated intravascular coagulation)
·    Kejang umum yang berulang
·    Asidosis
·    Malaria hemoglobinuria/BWF(black water fever)
·    Gangguan kesadaran (rousable)
·    Penderita sangat lemah(prostrated)
·    Hiperparasitemia
·    Ikterus (jaundice)
·    Hiperpireksia

Pada penderita malaria falsifarum yang disertai satu atau lebih dari satu macam kelainan tersebut dibawah ini cukup untuk dibuat diagnosis malaria falsifarum berat atau dengan penyulit, bila diagnosis lain dapat disingkirkan. Mortalitas malaria masih cukup tinggi yaitu 20-50 %.

3.      Plasmodium malariae
Distribusi geografik
        Penyakit malaria jenis ini meluas meliputi daerah tropik maupun daerah subtropik, tetapi frekwensi penyakit ini di beberapa daerah cenderung lebih rendah.

Morfologi dan daur hidup
        Daur pre-eritrosit pada manusia belum pernah ditemukan. Inokulasi sporozoit plasmodium malariae manusia pada simpanse dengan gigitan nyamuk Anophles membuktikan adanya stadium pre-eritrosit plasmodium malariae. Parasit ini dapat hidup pada simpanse yang merupakan hospes reservoar yang potensial.
        Skizon pre-eritrosit menjadi matang 13 hari setelah infeksi. Bila skizon matang , merozoit dilepaskan kedalam aliran darah tepi, siklus eritrosit aseksual dimulai dengan periodisitas 72 jam. Stadium trofozoit muda dalam darah tepi tidak berbeda  banyak dengan palsmodium vivak, meskipun sitoplasmanya lebih tebal dan pada pulasan giemsa tampak lebih gelap. Sel darah merah yang di hinggapi plasmodium malariae tidak membesar. Dengan pulasan khusus, pada sel darah merah dapat tampak titik-titik yang disebut titik Ziemann. Trofozoit yang lebih tua bila membulat besarnya kira-kira ½ eritrosit. Pada sediaan darah tipis, stadium dapat melintang sepanjang sel darah merah, merupakan bentuk pita,  yaitu bentuk yang khas pada plasmodium malariae. Butir-butir pigmen jumlahnya lebih besar, kasar dan berwarna gelap. Skizon muda membagi intinya dan akhirnya berbentuk skizon matang yang mengandung rata-rata 8 buah trofozoit. Skizon matang mengisi hampir seluruh eritrosit dan merozoit biasanya mempunyai susunan yang teratur sehingga merupakan bentuk bunga”daisy” atau disebut juga”roset’.
        Derajat parasitemia pada malaria kuartana lebih rendah daripada malaria yang disebabkan oleh spesies lain dan hitung parasitnya (parasite count) jarang mencapai 10.000 parasit per mm3 darah. Siklus aseksual dengan periodisitas 72 jam biasanya berlangsung sinkron dengan bentuk-bentuk parasit di dalam darah. Gametosit plasmodium malariae mungkin dibentuk dalam alat-alat dalam dan tampaok dalam darah tepi bila telah tumbuh sempurna. Makrogametosit mempunyai sitoplasma yang berwarna biru tua berinti kecil dan padat, mikrogametosit sitoplasmanya berwarna biru pucat, berinti difus dan lebih besar. Pigmen tersebar pada sitoplasmanya.
        Daur sporogoni dalam nyamuk anopheles memerlukan waktu rata-rata 26-28 hari. Pigmen di dalam ookista berbentuk granula kasar, berwarna tengguli tua dan tersebar di tepi.

Patologi dan gejala klinis
        Masa inkubasi 18-40 hari. Gejala klinis pada serangan pertama mirip malaria vivak. Serangan demam lebih teratur dan terjadi pada sore hari. Parasit plasmodium malariae cendrung menghinggapi eritrosit yang lebih tua. Kelainan ginjal yang disebabkan oleh plasmodium malariae ini  bisa bersifat menahun dan progresif dengan gejala lebih berat dan prognosisnya lebih buruk. Perjalanan penyakitnya tidak terlalu berat. Anemia kurang jelas daripada malaria vivak, dan penyulit lain agak jarang. Splenomegali dapat  dapat ukuran yang besar. Terjadi parasitemia asimtomatik dan menjadi masalah pada donor darah untuk transfusi. Nefrosis pada malaria kuartana sering terdapat pada anak di Afrika sangat jarang terjadi pada orang non imun yang di infeksi plasmodium malariae. Semua stadium parasit aseksual terdapat dalam peredaran darah tepi pada waktu yang bersamaan, tetapi parasitemia tidak tinggi, kira-kira 1% sel darah merah diinfeksi. Mekanisme rekurens (relaps jangka panjang) malaria malariae disebabkan oleh parasit dari daur eritrosit yang menjadi banyak, stadium aseksual daur eritrosit dapat bertahan di dalam badan.
        Hitung parasit pada plasmodium malariae rendah, hingga memerlukan ketelitian  untuk menemukan parasit ini. Seringkali ditemukan dalam sediaan darah tipis secara tidak sengaja, pada penderita yang tidak menunjukkan gejala malaria.
        Tanpa pengobatan, infeksi dapat berlangsung sangat lama dan relaps pernah tercatat 30-50 tahun sesudah infeksi.

4.    Plasmodium ovale
Distribusi geografik
         Terdapat di daerah tropik Afrika bagian barat, di daerah fasifik Barat dan di beberapa bagian lain di dunia. Di Indonesia parasit  ini        terdapat di pulau Owi sebelah selatan Biak di Papua dan Pulau Timor.

Morfologi dan daur penyakit
Morfologinya mirip dengan plasmodium malariae, tetapi perubahan pada eritrosit yang dihinggapi parasit mirip dengan plasmodium vivak. Trofozoit muda berukuran kira-kira 2 mikron (1/3 eritrosit). Titik Schuffner(titik James) berbentuk sangat dini dan tampak jelas. Stadium trofozoit berbentuk bulat dan kompak dengan granula pigmen yang lebih kasar tetapi tidak sekasar pigmen plasmodium malariae, pada stadium ini eritrosit agak membesar dan sebagian besar berbentuk lonjong (oval) dan pinggir eritrositnya bergerigi pada salah satu ujungnya dengan titik Schuffner yang menadi lebih banyak.
Stadium pre-eritrosit mempunyai periode prepaten 9 hari, skizon hati besarnya 70 mikron dan mengandung 15.000 merozoit. Perkembangan siklus eritrosit aseksual pada plasmodium ovale hampir sama dengan plasmodium vivak dan berlangsung 50 jam. Stadium skizon berbentuk bulat dan bila matang, mengandung 8-10 merozoit yang letaknya teratur ditepi mengelilinngi granula pigmen yang berkelompok ditengah.
Stadium gametosit betina (makrogametosit) bentuknya bulat, mempunyai inti kecil, kompak dan sitoplasmanya berwarna biru. Gametosit jantan (mikrogametosit) mempunyai inti difus, sitoplasma mempunyai warna pucat kemerahan-merahan, berbentuk bulat. Pigmen dalam ookista berwarna coklat/tengguli tua dan granulanya mirip dengan pada plasmodium malariae. Sikus sporogoni daalam nyamuk Anopheles memerlukan waktu 12-14 hari pada suhu 27oC.

Patologi dan gejala klinis  
          Mirip dengan malaria vivak, serangannya sama hebat tetapi penyembuhannya sering secara spontan dan relapsnya lebih jarang. Parasit sering tetap berada dalam darah (periode laten) dan mudah ditekan oleh spesies lain yang lebih virulen. Parasit ini baru tampak lagi setelah spesies yang lain lenyap. Infeksi campur plasmodium ovale sering terdapat pada orang yang tinggal di daerah tropik Afrika dengan endemik malaria.
          Dignosis malaria ini dilakukan dengan menemukan parasit dalam sediaan  darah yang dipulas dengan giemsa. Penyakit ini ringan dan dapat sembuh sendiri.

Daur hidup parasit malaria

Manusia                                                                                 Nyamuk anopheles ♀
                                                                                                                   
Dalam hati                                                                 Dalam kelenjar liur nyamuk


  
                                                    Sporozoit
Hipnozoit                           
                                                    Skizon
Skizon

                     
                   merozoit                                                                                                  
                                                                                                             ookista
 Dalam darah                                                           dalam lambung
                  Trofozoit

Skizon

                     Merozoit


      Makrogametosit                                                          makrogamet

                                                                                                        Zigot=ookinet

 Mikrogametosit                                                                    mikrogamet




D. PENGENDALIAN PENYAKIT MALARIA
 Setelah diketahui rantai penularan penyakit malaria (daur hidupnya), maka cara pembrantasan malaria adalah dengan memutus rantai penularan pada salah satu atau lebih mata rantai dengan cara sebagi berikut:
Pada tahun  1998 WHO  menyerukan keseluruh negara perlunya pendekatan baru dalam pembrantasan malaria dimana WHO menjadi pemimpin prakarsa dan katalisator yang dikenal dengan Roll Back Malaria melalui upaya kemitraan.
Di Indonesia pada tanggal 8 april 2000 bertempat di Nusa Tenggara Timur, Mentri Kesehatan mencanangkan “Gebrak malaria” yang merupakan  gerakan nasional seluruh aspek bangsa dalam upaya membrantas malaria dengan intensif yang melibatkan jejaring kerjasama pemerintah, swasta, masyarakat, LSM , badan internasional dan penyandang dana.
Program malaria yang telah  dan sedang dilakukan adalah diantaranya sebagai berikut:
v  Pembangunan sadar malaria
v  Post malaria desa
v  Pemetaan endemisitas
v  Identifikasi potensi masyarakat
v  Kemitraan
v  Desentralisasi program
v  Dukungan peraturan perundang-undangan
v  Dukungan penelitian dan pengembangan
v  Surveillance sistem
v  Penyuluhan
v  Pelatihan juru malaria desa
v  Pertemuan rutin DES(District Epidemiology Surveillance System)
v  Pengembangan malaria info software
v  Distribusi kelambu
v  Efikasi obat malaria
v  Survei dinamika penularan
v  Monitoring dan evaluasi
v  Membrantas vektor (nyamuk malaria)
Usaha pembrantasan vektor meliputi: menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk,membunuh jentik nyamuk, menghilangkan tempat perindukan potensial.
Penyemprotan rumah dilakukan di daerah prioritas seperti daerah transmigrasi, daerah pembangunan ekonomi/pariwisata, daerah perbatasan dan daerah waba
v  Menemukan dan mengobati penyakit malaria
v  Gerakan tiga M
v   Pemberantasan Sarang Nyamuk yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk.
v  Pemberian ikan kepala pada tempat jentik nyamuk anopheles tinggal
v  Larvasasi tempat perindukan nyamuk anopheles.
v  Penggunaan kelambu
v  Menggunakan revelen sewaktu keluar / bekerja di luar rumah pada daerah endemis malaria.
Dari berbagai hasil penelitian dan program yang dilakukan di Indonesia oleh berbagai pihak ditemukan adanya berbagai permasalahan yang ada dalam pengendalian malaria dan harus diatasi bersama adalah:
1.      Diagnosis, masih banyak kasus malaria dengan penderita yang tinggal di daerah terpencil dan sulit terjangkau serta hanya berdasarkan gejala yang nampak saja.
2.      Pengobatan, beberapa daerah endemik malaria sudah banyak penderita yang resisten.
3.      Pengendalian, pengendalian vektor tidak berdasarkan fakta dinamika transmisi penularan malaria.
4.      Kerjasama dan partisipasi masyarakat, terbatasnya partisipasi dari sektor lain dan masyarakat.
5.      Mobilisasi sumber daya, advokasi sumber daya untuk mendukung upaya pengendalian malaria di daerah administrasi.